First quarter of 2010, was some sort hard on me. With all the drama and comedy, and a bit chick flick. The ups were shorter than the downs, I cried as many as I laughed, and I was forced to change rather faster than I thought. On January I met someone, whom to this very day keeps me in thrill, both bad and good ways. February as usual, pretty mundane for month of love and nothing exciting happened on my birthday. March I learned that what goes around indeed comes around. On April I realized, the highs and lows have changed me.
Relationship-wise, I used to be unfaithful in most relationships I've made, unnaturally infidelity always sicken me, I hate being lied to. I used to be good in lying, I knew how to lured and manipulated people, I knew how to act. Knowing that, some warning mechanism grew on me and each time someone's not telling me the truth, my brain automatically received some weird signal. The tricky part is, the mechanism didn't work that accurately when you're in love, the alarming sound quenched by the ecstasy, leaving only mild gut feeling in your chest. What the head think contradicted what the heart say. However, I asked for the truth..and it revealed. It stung me and it stung me good, though I had been in much worse condition but it still shook me. Anyway, I've decided to give him a chance, despite the love..I just feel that I have to make this work, I would like to see me try.
Career-wise, well let's just say that..client is king. I think they noticed my lack of enthusiasm in working with them, so they decided that they don't want me in the team anymore. By they I mean the client, yeah..the client has absolute right in interfering its team. As for the management, they pretty much didn't do anything about it. The bright side is I got time to think what I want to do with my life. It may took quite a while to discover the answer, as matter of fact..I still working on that. I guess in the end we all need to pay our bills, no time for idealism.
Hmm..what come to this is that life hasn't been easy, I always looking for simpler way out in any problem, because life itself is not simple, so why bother yourself with complication, right?. I'll keep on moving, I'll get what I want, and maybe do what is necessary, such as getting rid off anything that will jeopardize my objectives, even if it means getting rid off something's sentimentally valuable.
Rabu, 28 April 2010
Kamis, 10 Desember 2009
O God, forgive me for being such a snob
Ini orang kenapa yah? Merengut, cemberut, banting ini banting itu, ngedumel apa ga tau juga deh. Kondisi si orang ini memang ga penting untuk dibahas...tapi masalahnya..dia sedang berada di deket gw dan cukup mengganggu gw yang mao ngetik!
Fuuhhh..oke..inhale..exhale...
What was that I want to say here....mm..oh iya...I lost my phones, yup..phones, twice in 45 days. Gokilzz. Kejadian pertama terjadi di awal bulan lalu, ketika gw berniat untuk merealisasikan skenario kejahatan gw (apa kejahatannya? itu sama sekali ga penting untuk dibahas di sini *big grinned). Pagi hari jam 9 gw laksanakan...setengah jam kemudian gw sadar henfon tersayang raib. Damn. Tidak ada panik yang menyerang, tidak ada ketakutan akan kehilangan komunikasi, tidak ada pikiran kemana kiranya tu henfon berada, setelah mencoba melacak kembali si henfon dan nihil hasilnya...oke ini artinya gw harus ikhlas. Pemberitahuan pun disebar, saya sedang tidak dapat dihubungi lewat telfon, komunikasi jarak jauh hanya bisa dilakukan lewat internet, Pos Indonesia, dan semapur.
Sejujurnya..gw ikhlas dan tidak berkeberatan untuk kehilangan henfon. Malaikat- malaikat (by angels I mean..my beloved ones) di sekeliling gw menawarkan bantuan, dengan berat hati gw menolak. Bukan gengsi tapi memang gw belum merasakan keterdesakkan untuk mencari si pengganti..pada saat itu sih. Seminggu..dua minggu..tiga minggu...temen- temen, klien, keluarga mulai menuntut gw untuk segera mendapatkan henfon baru. Tapi bukan ini juga yang membuat gw bergerak. Seiring menikmati hidup tanpa henfon gw juga mulai sadar...butuh waktu 3 minggu bagi lingkungan gw untuk menyadari bahwa gw menghilang, menyedihkan memang. Tadinya sempet sombong sedikit, eh gw bisa loh bertahan tanpa henfoonnnn...gw contoh hidup manusia yang tidak tergantung akan teknologiiiiii. Akhirannya, gw menyerah, gw butuh teknologi yang namanya henfon. Tawaran dari seorang teman ternyata masih berlaku ya sudahlah aku terima dengan itikad baik.
Blackberry yang tadinya gw cemoohkan, yang selalu gw ragukan sihirnya, terpaksa gw sambut hangat. Namanya juga pinjeman ya kali deh pake rekues. Dan emang sih, dengan mudah dan mulusnya gw terlena oleh fungsi- fungsi di dalamnya, damn, giving in makes me feel so ease. Hate to burst my own bubble..but uh...I lost it. Lebih tepatnya..somebody took it away from meeeee.
And here I am, cellphone-less, high on expense (for replacing it and getting the new one), and the bigger problem is that I haven't told my friend about it yet. Ughh..the thought of dissapointing him is beyond my fear. What do I get from all of these messes? my lack of alms and frankly I've been committing lots of sins..so really..it's all about banking. Saving and withdrawing, reward and punishment, debt and interest, once you acted on sin most likely you'd do it again, just can't help it, and I'm paying the price. Whatever.
I'll think of something, I maybe a sinner but I'm quite a thinker, yeah I'll survive this one.
Fuuhhh..oke..inhale..exhale...
What was that I want to say here....mm..oh iya...I lost my phones, yup..phones, twice in 45 days. Gokilzz. Kejadian pertama terjadi di awal bulan lalu, ketika gw berniat untuk merealisasikan skenario kejahatan gw (apa kejahatannya? itu sama sekali ga penting untuk dibahas di sini *big grinned). Pagi hari jam 9 gw laksanakan...setengah jam kemudian gw sadar henfon tersayang raib. Damn. Tidak ada panik yang menyerang, tidak ada ketakutan akan kehilangan komunikasi, tidak ada pikiran kemana kiranya tu henfon berada, setelah mencoba melacak kembali si henfon dan nihil hasilnya...oke ini artinya gw harus ikhlas. Pemberitahuan pun disebar, saya sedang tidak dapat dihubungi lewat telfon, komunikasi jarak jauh hanya bisa dilakukan lewat internet, Pos Indonesia, dan semapur.
Sejujurnya..gw ikhlas dan tidak berkeberatan untuk kehilangan henfon. Malaikat- malaikat (by angels I mean..my beloved ones) di sekeliling gw menawarkan bantuan, dengan berat hati gw menolak. Bukan gengsi tapi memang gw belum merasakan keterdesakkan untuk mencari si pengganti..pada saat itu sih. Seminggu..dua minggu..tiga minggu...temen- temen, klien, keluarga mulai menuntut gw untuk segera mendapatkan henfon baru. Tapi bukan ini juga yang membuat gw bergerak. Seiring menikmati hidup tanpa henfon gw juga mulai sadar...butuh waktu 3 minggu bagi lingkungan gw untuk menyadari bahwa gw menghilang, menyedihkan memang. Tadinya sempet sombong sedikit, eh gw bisa loh bertahan tanpa henfoonnnn...gw contoh hidup manusia yang tidak tergantung akan teknologiiiiii. Akhirannya, gw menyerah, gw butuh teknologi yang namanya henfon. Tawaran dari seorang teman ternyata masih berlaku ya sudahlah aku terima dengan itikad baik.
Blackberry yang tadinya gw cemoohkan, yang selalu gw ragukan sihirnya, terpaksa gw sambut hangat. Namanya juga pinjeman ya kali deh pake rekues. Dan emang sih, dengan mudah dan mulusnya gw terlena oleh fungsi- fungsi di dalamnya, damn, giving in makes me feel so ease. Hate to burst my own bubble..but uh...I lost it. Lebih tepatnya..somebody took it away from meeeee.
And here I am, cellphone-less, high on expense (for replacing it and getting the new one), and the bigger problem is that I haven't told my friend about it yet. Ughh..the thought of dissapointing him is beyond my fear. What do I get from all of these messes? my lack of alms and frankly I've been committing lots of sins..so really..it's all about banking. Saving and withdrawing, reward and punishment, debt and interest, once you acted on sin most likely you'd do it again, just can't help it, and I'm paying the price. Whatever.
I'll think of something, I maybe a sinner but I'm quite a thinker, yeah I'll survive this one.
Kamis, 01 Oktober 2009
Tip of Mind
Frank: What about you, is there someone else?
Kathleen Kelly: No. No, but... but there's the dream of someone else.
Kathleen Kelly: No. No, but... but there's the dream of someone else.
Kamis, 02 Juli 2009
Luckiest Dreamer
Begitu banyak rencana perjalanan gw bikin, lokal ampe melipir ke negeri orang. Menabung dimulai dari sekarang, walaupun sebenernya ide menabung ini sedikit bikin gw ketawa, gw lagih disuruh nabung..udahlah seadanya ajalah yang ditabung. Dan ketika semua tengah direncanakan dengan baik...sialan...passport gw abis..dan oh ada lagi...KTP gw kan ilang, AAAHHHHHH!!!!!Oke..oke..ga perlu pake drama, ke kantor polisi bikin surat laporan kehilangan, ke Kelurahan bikin yang baru, tunggu sampe KTP jadi, lalu ke Imigrasi...okehhh...nicely planned. Itu sudah sebulan yang lalu, progress so far?? I've got the (pictureless) ID.
Ada apa dengan setumpuk rencana ini? Kenapa bisa jadi setumpuk? Sebegitu gerahnya kah gw dengan kota ini? Ternyata iya, gw ga menyalahkan si kota atau si masyarakat, atau pun si atmosfer kotanya. Mimpi gw adalah, memulai hidup baru (yang lebih baik) di tempat jauh (yang lebih baik), ya ampun...abad kini banget sih mimpinya, mandiri dan modern. Tapi masalahnya tiap kali gw memimpikan hal ini, gw juga memimpikan diri gw sekitar 20 cm lebih tinggi, 10 kilogram lebih ringan, sepuluh kali lebih pintar, 3 kali lebih berwajah manis, dan sejuta kali lebih kaya....jadi ini apa namanya???? Ya asli beneran mimpilah ini namanya.
Old habit die hard..hmm...terus terang ada sedikit ketakutan di pala gw. Apa jadinya kalo gw nanti ga bisa menerima kenyataan yang ada? Atau apa gw bisa memenuhi apa yang gw impikan? Ya okey lepas dari angan- angan 'tuk bertransformasi jadi Miss Venezuela...tapi apa kiranya gw sanggup untuk berdiri sendiri di tanah asing? Pertanyaan itu sendiri membangkitkan antusiasme buat gw, apa nih, apa lagi, kira- kira apa yang bisa gw bawa ke sana? bawa bekel apa yah? Ini yang gw dapet, bekal gw untuk hidup kelak di tanah asing itu bukan cuma berisi apa yang gw dapat di tanah asal, mungkin untuk saat ini gw survey dulu...ga perlu jauh- jauh..cukup cakupan asia, di mana atmosfer tradisi dan kekeluargaan masih tercium manis. Belum lagi harga tiket yang masih di bawah 10 juta, visa yang terjangkau, dan bebas fiskal.
Dan selama "survey" ini berlangsung, mari kita serap ilmu sosial dan kemasyarakatannya...apa yang akan gw makan nanti? Cari duit dari mana gw nanti? Kira- kira orang- orangnya asik ga yah dijadiin temen? Akan jadi apa gw di sini nanti? Dan serentetan pertanyaan mendalam dan cetek lainnya.
Pernah beberapa kali gw mendengar orang lain berkata "Dreams come true to those who believe" atau "If you believe in yourself anything could happen", kata- kata klise yang maknanya sedalam lautan. Gw ingin - dan harus - menjadi salah satu orang yang bisa berkata demikian, supaya orang- orang seperti gw bisa ketampar dan bangun dari bengongnya.
Ada apa dengan setumpuk rencana ini? Kenapa bisa jadi setumpuk? Sebegitu gerahnya kah gw dengan kota ini? Ternyata iya, gw ga menyalahkan si kota atau si masyarakat, atau pun si atmosfer kotanya. Mimpi gw adalah, memulai hidup baru (yang lebih baik) di tempat jauh (yang lebih baik), ya ampun...abad kini banget sih mimpinya, mandiri dan modern. Tapi masalahnya tiap kali gw memimpikan hal ini, gw juga memimpikan diri gw sekitar 20 cm lebih tinggi, 10 kilogram lebih ringan, sepuluh kali lebih pintar, 3 kali lebih berwajah manis, dan sejuta kali lebih kaya....jadi ini apa namanya???? Ya asli beneran mimpilah ini namanya.
Old habit die hard..hmm...terus terang ada sedikit ketakutan di pala gw. Apa jadinya kalo gw nanti ga bisa menerima kenyataan yang ada? Atau apa gw bisa memenuhi apa yang gw impikan? Ya okey lepas dari angan- angan 'tuk bertransformasi jadi Miss Venezuela...tapi apa kiranya gw sanggup untuk berdiri sendiri di tanah asing? Pertanyaan itu sendiri membangkitkan antusiasme buat gw, apa nih, apa lagi, kira- kira apa yang bisa gw bawa ke sana? bawa bekel apa yah? Ini yang gw dapet, bekal gw untuk hidup kelak di tanah asing itu bukan cuma berisi apa yang gw dapat di tanah asal, mungkin untuk saat ini gw survey dulu...ga perlu jauh- jauh..cukup cakupan asia, di mana atmosfer tradisi dan kekeluargaan masih tercium manis. Belum lagi harga tiket yang masih di bawah 10 juta, visa yang terjangkau, dan bebas fiskal.
Dan selama "survey" ini berlangsung, mari kita serap ilmu sosial dan kemasyarakatannya...apa yang akan gw makan nanti? Cari duit dari mana gw nanti? Kira- kira orang- orangnya asik ga yah dijadiin temen? Akan jadi apa gw di sini nanti? Dan serentetan pertanyaan mendalam dan cetek lainnya.
Pernah beberapa kali gw mendengar orang lain berkata "Dreams come true to those who believe" atau "If you believe in yourself anything could happen", kata- kata klise yang maknanya sedalam lautan. Gw ingin - dan harus - menjadi salah satu orang yang bisa berkata demikian, supaya orang- orang seperti gw bisa ketampar dan bangun dari bengongnya.
Jumat, 05 Juni 2009
From The Margin
My rationalization is that I don't have role model for love and relationship. All I have is what I've been going through all my years, no one told me it's going to be hell of a ride. Uneasy part has not yet over..still I'm entrap in twisted thoughts between what's real and what's not. Boring and tragic, I know. Truth is, I don't have the guts taking the reality pills of "Quit searching for the easy, mind-blowing, true-love story, it’s an illusion.”
Ahhh God..But it's so good to dream, don't you think?
Ahhh God..But it's so good to dream, don't you think?
Senin, 01 Juni 2009
Tidak Sempurna
Gw tidak berniat membicarakan hal- hal yang positif tentang dia, untuk yang ini gw yakin semua udah tau. Pada kenyataannya, gw malah lebih sering teringat yang negatif- negatifnya. Entah apa sebabnya, sejak dari jaman SMA, anak ini punya pengaruh kuat terhadap gw. Dan entah kenapa, kok gw begitu patuh dan memandangnya dengan hormat.
Perempuan ini bilang bahwa cukur alis itu bentuk transformasi yang kudu hukumnya. Ketika diaplikasikan ke gw...hmm...untuk beberapa lama gw menerima perubahan itu. Sesudah itu...tiap kali ngaca...alis gw kayak cuma digambar pake rotring 0.1. Oke, perubahan pertama, gagal dengan sukses.
Sikap dan perilakunya sangat dewasa untuk takaran anak SMA. Pembawaan yang begitu percaya diri dan langkahnya yang mantap, dia memiliki karakter kuat, yang menarik sekali untuk dieksplor lebih jauh. Dia memperkenalkan dunia yang baru di mata gw, yang selama ini hanya sampai ke kuping gw dan meninggalkan keragu- raguan dan penasaran khas remaja bau kencur. Kami sempat menikmatinya untuk beberapa lama, sampai akhirnya kita berdua berpikir sayang sekali kalo masa ini dihabiskan di dunia yang baru pantas kita selami tiga atau empat tahun lagi.
Gw sempat berpikir dia bukan orang yang tepat untuk tempat berkeluh kesah. Sarannya selalu tanpa basa- basi, lugas, bahkan kadang menyakitkan. "Heran, ini orang sebenarnya tau yang namanya empati ngga sih? Gw ini temennya, punya rasa simpati sedikit kenapa sih". Begitu tuh yang ada di kepala gw, setiap selesai bercurhat- curhatan.
Tiap kali gw lari dari rumah, gw lari ke dia. Dia lari dari rumah, dia lari ke gw. Kita berdua sama- sama merasa ngga dihargai di rumah sendiri. Kita cuma bisa saling cerita, ngga berharap banyak untuk dapetin solusi, selama kekesalan kita keluar dari dada. Memang, kita melampiaskannya dengan cara yang salah, tapi terus terang..dia mencetuskan cara yang radikal, kampungan, nekat, tapi manjurnya lumayan terasa. Metode ini meninggalkan bekas luka permanen di tangan gw.
Sikap kerasnya secara tidak langsung menciptakan tembok antara dia dengan teman- teman yang lain. Tidak banyak yang menyukai kepribadian seperti ini tapi dia ngga peduli. Dia punya tujuan, dia punya otak, dia fokus, dan dia tahu dia akan mencapai tujuannya. Di saat orang- orang sibuk menciptakan citra diri buat eksistensi, dia sibuk berpikir untuk masa depannya. Buat gw ini aneh, perbedaaan prinsip ini yang membuat kita perlahan jauh.
Tapi jelas terlihat kan siapa nantinya yang menuai buah lebih manis? Kita menjauh mungkin agak lama tapi ketika kita ketemu lagi..ternyata dia masih ngga berubah. Tekadnya itu loh, masih melekat kuat, dia ngga berhenti punya cita- cita, selalu punya tujuan baru, dan selalu fokus. Ambisinya sempat membuat gw sedih, karena gara- gara hal itu gw dikesampingkan, memang dari dulu dia sudah begitu. Di saat- saat terakhirnya, dia kelihatan begitu bahagia, gw belum pernah melihat dia begitu..ikhlas. Akhirnya dia menemukan sesuatu yang dia cintai.
Gw belum pernah ngerasain rasa kehilangan yang seperti ini, jadi ini rasanya ditinggal sahabat. Ketawanya yang aneh, suaranya yang keras, dia suka dengan sengaja mengeluarkan suara aneh dari hidungnya walaupun jelas- jelas dia tau gw benci suara itu, dua tahun lalu dia pergi tapi semuanya masih terekam jelas di benak gw. Sampai detik ini pun gw masih belum percaya gw ngga akan bisa mendengarnya lagi.
Segala keanehannya, segala masalah yang dia timbulkan, segala kesedihan dan keputus asaan yang kita saling curhatkan, semua ini yang membuat gw menerima dia sebagai dirinya. Semoga kalian bisa menerima ketidaksempurnaannya, sebagaimana gw menyayangi ketidaksempurnaannya yang indah.
Perempuan ini bilang bahwa cukur alis itu bentuk transformasi yang kudu hukumnya. Ketika diaplikasikan ke gw...hmm...untuk beberapa lama gw menerima perubahan itu. Sesudah itu...tiap kali ngaca...alis gw kayak cuma digambar pake rotring 0.1. Oke, perubahan pertama, gagal dengan sukses.
Sikap dan perilakunya sangat dewasa untuk takaran anak SMA. Pembawaan yang begitu percaya diri dan langkahnya yang mantap, dia memiliki karakter kuat, yang menarik sekali untuk dieksplor lebih jauh. Dia memperkenalkan dunia yang baru di mata gw, yang selama ini hanya sampai ke kuping gw dan meninggalkan keragu- raguan dan penasaran khas remaja bau kencur. Kami sempat menikmatinya untuk beberapa lama, sampai akhirnya kita berdua berpikir sayang sekali kalo masa ini dihabiskan di dunia yang baru pantas kita selami tiga atau empat tahun lagi.
Gw sempat berpikir dia bukan orang yang tepat untuk tempat berkeluh kesah. Sarannya selalu tanpa basa- basi, lugas, bahkan kadang menyakitkan. "Heran, ini orang sebenarnya tau yang namanya empati ngga sih? Gw ini temennya, punya rasa simpati sedikit kenapa sih". Begitu tuh yang ada di kepala gw, setiap selesai bercurhat- curhatan.
Tiap kali gw lari dari rumah, gw lari ke dia. Dia lari dari rumah, dia lari ke gw. Kita berdua sama- sama merasa ngga dihargai di rumah sendiri. Kita cuma bisa saling cerita, ngga berharap banyak untuk dapetin solusi, selama kekesalan kita keluar dari dada. Memang, kita melampiaskannya dengan cara yang salah, tapi terus terang..dia mencetuskan cara yang radikal, kampungan, nekat, tapi manjurnya lumayan terasa. Metode ini meninggalkan bekas luka permanen di tangan gw.
Sikap kerasnya secara tidak langsung menciptakan tembok antara dia dengan teman- teman yang lain. Tidak banyak yang menyukai kepribadian seperti ini tapi dia ngga peduli. Dia punya tujuan, dia punya otak, dia fokus, dan dia tahu dia akan mencapai tujuannya. Di saat orang- orang sibuk menciptakan citra diri buat eksistensi, dia sibuk berpikir untuk masa depannya. Buat gw ini aneh, perbedaaan prinsip ini yang membuat kita perlahan jauh.
Tapi jelas terlihat kan siapa nantinya yang menuai buah lebih manis? Kita menjauh mungkin agak lama tapi ketika kita ketemu lagi..ternyata dia masih ngga berubah. Tekadnya itu loh, masih melekat kuat, dia ngga berhenti punya cita- cita, selalu punya tujuan baru, dan selalu fokus. Ambisinya sempat membuat gw sedih, karena gara- gara hal itu gw dikesampingkan, memang dari dulu dia sudah begitu. Di saat- saat terakhirnya, dia kelihatan begitu bahagia, gw belum pernah melihat dia begitu..ikhlas. Akhirnya dia menemukan sesuatu yang dia cintai.
Gw belum pernah ngerasain rasa kehilangan yang seperti ini, jadi ini rasanya ditinggal sahabat. Ketawanya yang aneh, suaranya yang keras, dia suka dengan sengaja mengeluarkan suara aneh dari hidungnya walaupun jelas- jelas dia tau gw benci suara itu, dua tahun lalu dia pergi tapi semuanya masih terekam jelas di benak gw. Sampai detik ini pun gw masih belum percaya gw ngga akan bisa mendengarnya lagi.
Segala keanehannya, segala masalah yang dia timbulkan, segala kesedihan dan keputus asaan yang kita saling curhatkan, semua ini yang membuat gw menerima dia sebagai dirinya. Semoga kalian bisa menerima ketidaksempurnaannya, sebagaimana gw menyayangi ketidaksempurnaannya yang indah.
Rabu, 20 Mei 2009
I'm Not a Grinch!!
Tanggal 6 Mei yang lalu..genap setaun blog ini gw bikin. Posting-annya cuma 12 ajah...selama 12 bulan cuma ada 12 posting yang gw buat. Ada apa dengan kepala gw sih? Kok cuma bikin 12 biji, sedangkan orang- orang yang pada punya blog kayaknya sampe punya bejibun hal untuk diceritain. Sebenernya, bukannya hidup gw garing juga sih...tapi ternyata susah juga men-sorting apa- apa aja yg mesti gw ceritain di sini. Mao tau apa isi kepala gw yg sebenernya??
Hmm...kebanyakan keluh dan kesalnya. Saking banyaknya, orang akan mencaci maki gw kali. Manusia kok kerjaannya sedih mulu, meratapi rejeki sendiri dan membandingkannya dengan rejeki orang, kalo pikiran gw bisa ngomong..dia bakal terus berseru "Whyyy Gooodddd???Whyyyy????". Ihhhh...menyedihkan banget!!
Kemana ilangnya semangat gw yah??Hal apa yang menyedot percaya diri gw ampe garis nol?? Beberapa waktu yang lalu, gw sempetin waktu untuk berintrospeksi...kira- kira dari mampang sampe perempatan Kuningan di kala macet (hehehhe). Hasilnya sampai pada kesimpulan: gw rasa ada yang jampi- jampiin gw nih! *halaaahhh nyalahin orang lain. Tapi serius nih, memang ada sesuatu di masa lalu, di rentang waktu antara hari ini dengan hari dimana gw masih belom kenal yang namanya sakit hati, sesuatu memang terjadi. But I mean c'mon, broken heart can't be that bad, right. Kesalahan bukan pada kejadiannya, bukan pada penjahat yang melakukan ini ke gw, kesalahan ada pada gw, diri gw sendiri.
Gw jadi teringat kata Leonardo, leader of Teenage Mutant Ninja Turtle pack (yea I know, I'm quoting a talking giant turtle, but he has good point here), he said "Funny thing about anger, let it consume you and soon enough you lose all sight". Dan itu fakta, sikap pasrah gw terhadap rasa sakit itu yang bikin gw luntang lantung ga karuan. Menjadikan gw selama itu menari dengan putus asa, dengki, dan marah. Hasilnya jelas kan...ide- ide gw tersumbat, lebih fokus terhadap hal- hal yang tidak gw miliki daripada hal- hal yang ada di depan mata, sosialisasi gw terganggu, dan yang lebih parah..gw jadi ga sayang ama diri gw sendiri.
Ahhhh..ternyata banyak banget bagusnya menjadi orang yang tersakiti, apalagi kalo orang itu ternyata survive. Gw memang belom sampai pada taraf terselamatkan dengan sukses, tapi dari waktu ke waktu, di saat gw jatuh dan lalu bangun lagi, ada satu dua hal yang pasti membuat gw tersadar dan menumbuhkan tekad baru. Pertama..Alhamdulilah gw masih punya agama dan iman. Kedua, peran keluarga dan sahabat, mao seajaib apapun gw, orang- orang ini yang ikhlas menerima gw di pelukan mereka. Terakhir, gw waras dan gw pasti bisa.
Simpel bangetkan jampi- jampinya? Tapi ini manjur, semanjur minum jahe panas seember di saat masuk angin!
Hmm...kebanyakan keluh dan kesalnya. Saking banyaknya, orang akan mencaci maki gw kali. Manusia kok kerjaannya sedih mulu, meratapi rejeki sendiri dan membandingkannya dengan rejeki orang, kalo pikiran gw bisa ngomong..dia bakal terus berseru "Whyyy Gooodddd???Whyyyy????". Ihhhh...menyedihkan banget!!
Kemana ilangnya semangat gw yah??Hal apa yang menyedot percaya diri gw ampe garis nol?? Beberapa waktu yang lalu, gw sempetin waktu untuk berintrospeksi...kira- kira dari mampang sampe perempatan Kuningan di kala macet (hehehhe). Hasilnya sampai pada kesimpulan: gw rasa ada yang jampi- jampiin gw nih! *halaaahhh nyalahin orang lain. Tapi serius nih, memang ada sesuatu di masa lalu, di rentang waktu antara hari ini dengan hari dimana gw masih belom kenal yang namanya sakit hati, sesuatu memang terjadi. But I mean c'mon, broken heart can't be that bad, right. Kesalahan bukan pada kejadiannya, bukan pada penjahat yang melakukan ini ke gw, kesalahan ada pada gw, diri gw sendiri.
Gw jadi teringat kata Leonardo, leader of Teenage Mutant Ninja Turtle pack (yea I know, I'm quoting a talking giant turtle, but he has good point here), he said "Funny thing about anger, let it consume you and soon enough you lose all sight". Dan itu fakta, sikap pasrah gw terhadap rasa sakit itu yang bikin gw luntang lantung ga karuan. Menjadikan gw selama itu menari dengan putus asa, dengki, dan marah. Hasilnya jelas kan...ide- ide gw tersumbat, lebih fokus terhadap hal- hal yang tidak gw miliki daripada hal- hal yang ada di depan mata, sosialisasi gw terganggu, dan yang lebih parah..gw jadi ga sayang ama diri gw sendiri.
Ahhhh..ternyata banyak banget bagusnya menjadi orang yang tersakiti, apalagi kalo orang itu ternyata survive. Gw memang belom sampai pada taraf terselamatkan dengan sukses, tapi dari waktu ke waktu, di saat gw jatuh dan lalu bangun lagi, ada satu dua hal yang pasti membuat gw tersadar dan menumbuhkan tekad baru. Pertama..Alhamdulilah gw masih punya agama dan iman. Kedua, peran keluarga dan sahabat, mao seajaib apapun gw, orang- orang ini yang ikhlas menerima gw di pelukan mereka. Terakhir, gw waras dan gw pasti bisa.
Simpel bangetkan jampi- jampinya? Tapi ini manjur, semanjur minum jahe panas seember di saat masuk angin!
Langganan:
Postingan (Atom)