Kemaren nyokap mem-forward email dari temen kuliahnya jaman jebot. Isinya ngga jauh tentang hay apa kabar gitu, ternyata teman lama ini dulunya sering didaulat jadi baby sitter gw. Nyokap gw dulunya termasuk yang cepat kawin, eh tapi tanpa gelar MBA loh yaw (as in MarriedByAccident). Begitu gw lahir, nyokap masih menjabat mahasiswa UI, sehingga pada prakteknya gw kerap dikewer- kewer ke kampusnya. Nah jadinya si tante ini yang jagain gw kalo nyokap lagi mengenyam ilmu. Rupanya mereka berdua ketemu lagi di Facebook. Tante seneng banget dengan fasilitas networking ini, dia muji inventornya sampe beberapa kali. Dan gw memang menemukan perubahan positif di nyokap, dia jadi stay tuned terus di depan komputer, ngga berhenti nulis sesuatu di wall temen- temennya, dan dia jadi ter-update selalu dengan gosip terbaru angkatannya. Dia jadi pengguna facebook sejati.
All of these remind me of this conversation I had sometime ago.
Waktu itu gw lagi makan bersama..ehm..teman gw. Dia yang makan sih, gw sruputin teh botol. Tercetus bahwa dia tidak menyukai Facebook karena hal itu terlalu happening dan mainstream. Mainan yang sangat populer, hampir semua orang melakukannya dan menyukainya. Dia memang mengakui kalo dia punya account di facebook, tapi hanya untuk "Pengen tau aja". Temannya pun cuma satu orang. Lebih jauh dia merepet,
"Apa sih yang bedain Friendster dengan Facebook, toh sama aja, liat aja nanti juga Facebook nasibnya sama kayak Friendster. Apa coba bedanya??..Ngga ada kan"
Gw berpikir keras sat itu, harga diri sedikit tersentil, sekenanya gw jawab,
"Yah abis tampilannya lebih menarik sih"
Argumen yang lemah, akhirnya gw tambahin
"Orang- orang yang suka dengan Facebook, kebanyakan tu orang- orang yang butuh akan fungsinya, yaitu networking. Atau mungkin personal branding"
Dalam hati sih tau, ni orang pasti akan berargumen lagi
"Nggalah, sama aja kok. Bisa apply lagu, video, posting ini itu, kasih komentar, status, iyakan?! Sama aja sebenernya"
Yaudahlah, gw ngga mengiyakan, gw juga ngga bales pernyataan dia. Padahal gw yakin, alasan dia salah, otomatis pernyataan dia ngga kuat, tapi orang bebas berpendapat toh?? Masalahnya, gw ga hebat dalam hal semacam ini, ngga ahli dalam subjek permasalahannya. Malah takut nanti jadi kesannya sok tawu.
Apa yang gw tangkap dari orang ini, dia tidak (atau mungkin belum) menerima keberadaan Facebook ini, hanya karena semua orang mengetahui dan menyukainya. Dia anti mainstream. Kok...kedengarannya....arogan sekali. Sejujurnya, gw juga seperti ini, untuk beberapa tren gw juga suka males ngikutin cuma karena orang udah banyak yang mengaplikasikannya, contoh: blackberry, faktor bajet dan belom butuh juga sih. Sebenarnya NPWP juga "happening" banget loh tahun lalu, semua orang bikin NPWP, beberapa karena diancam denda 20% dari penghasilan, beberapa membayangkan fiskal gratis, beberapa karena peer pressure. Gwpun termasuk salah satu pemilik NPWP karena iming- iming fiskal gratis.
Terserahlah apa yang orang itu pikirkan. Tren diikuti bukan untuk sekadar eksistensi. Di balik itu ada fungsi dan peran juga kok ternyata. Dan selama diperlukan, gw akan mendukung Facebook, karena gw perlu dan Facebook membuat nyokap gw tertawa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar