Selasa, 20 Januari 2009

Magnificent...Eight

Dari delapan perempuan ini, dua kesamaan mereka, mereka kuat, dan mereka sahabat gw. Sepanjang persahabatan kami, they are the embodiment of the phrase "dying is easy, living is hard". Walaupun mungkin tadi itu sedikit gw dramatisir (cuma sedikittttt)...pada intinya mereka hebat..yang ini mungkin sedikit subjektif.....bodo amat!

Mereka punya apa yang gw ngga punya, yaitu prinsip. Sebagai orang yang ngga punya prinsip, bersahabat dengan orang berprinsip itu menjadi pengalaman yang sangat berharga buat gw. Gw dikritik, diberdirikan untuk dijatuhkan lagi, tapi pada akhirnya gw dihargai dengan tulus dan ikhlas. Gw selalu berada di bawah mereka, mereka selalu lebih pintar, lebih baik hati, lebih hidup, dan lebih optimis. Sejujurnya, sangat menyenangkan menjadi ikan kecil di dalam kolam bersama ikan- ikan besar. Selalu ada kritikan dan inspirasi baru, cambukan yang membuat gw berpikir untuk menjadi lebih baik, lebih baik dari sekarang.

Satu hal yang gw pelajari baru- baru ini, kita bisa menemukan refleksi diri kita di sahabat- sahabat kita. Satu garis besar yang menggambarkan mereka semua, ya itulah siapa diri kita sebenarnya.

Senin, 19 Januari 2009

Sebuah tulisan:

Uughh..saya sudah berjanji tidak akan memikirkan hal ini lagi, ups..saya baru saja berbohong,..ehem ehem..saya sudah berjanji tidak akan memikirkan orang itu lagi. Satu menit bersamanya adalah satu jam pertarungan antara logika dan perasaan, rasanya.....sangat melelahkan. Coba kali itu semua dengan delapan tahun, hasilnya...pembunuhan karakter.

Tapi, di sinilah saya berada, menunggunya, entah akan kemana kita nanti. Satu yang pasti, saya sangat ingin melihat wajahnya dan mendengar suaranya. Ahhhh menyedihkan, manusia yang menyedihkan, tidak ada manusia sebodoh saya. Sekarang coba pikir, mana ada manusia yang mengulangi kesalahannya beratus- ratus kali, mana ada manusia yang tidak belajar dari kesalahannya sendiri, mana ada manusia.......yang sebodoh saya.

Itu dia datang, hmm sosok itu...yang dulu sangat saya puja. Mungkin sekarangpun masih, mungkin tidak sebesar dulu, mungkin tidak akan hilang, mungkin dia tidak pernah tahu betapa berartinya dia di hidup saya, mungkin dia tahu tapi memilih untuk tidak tahu. Dia duduk di samping saya, memandang wajah saya sembari menunggu kata- kata yang datang dari mulut saya. Saya memilih untuk diam. Dia berkata tentang sesuatu tapi saya hanya memandang raut mukanya...mencari cela. Dia bercerita tentang hari ini, seperti biasa....saya mendengarkan. Pikiran saya mengalir....kapan saya mempunyai keberanian untuk menyayangi diri saya sendiri daripada menyayanginya? harus bagaimana lagi agar membuatnya mengerti, bahwa saya tidak menginginkan ini, saya harus menyembuhkan diri saya, saya butuh waktu, saya butuh diri saya.

Seketika itu, alam bawah sadar membuat saya tertawa, meninggalkan tanda tanya di wajahnya. Dia tidak bertanya, hanya melihat saya dengan pandangan tersesat, sedikit tersinggung namun penuh pertanyaan. Saya juga bingung harus bilang apa. Akhirnya keluar kata- kata...
"Ini konyol"
diikuti dengan..
"Ini tidak harus terjadi, salah saya, saya terlalu romantis"
"Maaf..saya harus pergi, tolong bantu saya..dan bantu dirimu juga, waktu tidak akan mengubah apa- apa...berbuat sesuatulah yang akan mengubah semuanya. Saya akan menjauhi dirimu, menjauhkan kamu dari hidup saya, saya harus melakukan ini...kamu bukan untuk saya".

Entah apa yang merasuki saya tapi rasanya seperti bangun dari tidur panjang. Belum terasa lega. Satu yang saya tahu pasti, saya memilih untuk merangkul hati saya yang sakit, dan memeluknya untuk saya sembuhkan.