Kamis, 10 Desember 2009

O God, forgive me for being such a snob

Ini orang kenapa yah? Merengut, cemberut, banting ini banting itu, ngedumel apa ga tau juga deh. Kondisi si orang ini memang ga penting untuk dibahas...tapi masalahnya..dia sedang berada di deket gw dan cukup mengganggu gw yang mao ngetik!

Fuuhhh..oke..inhale..exhale...

What was that I want to say here....mm..oh iya...I lost my phones, yup..phones, twice in 45 days. Gokilzz. Kejadian pertama terjadi di awal bulan lalu, ketika gw berniat untuk merealisasikan skenario kejahatan gw (apa kejahatannya? itu sama sekali ga penting untuk dibahas di sini *big grinned). Pagi hari jam 9 gw laksanakan...setengah jam kemudian gw sadar henfon tersayang raib. Damn. Tidak ada panik yang menyerang, tidak ada ketakutan akan kehilangan komunikasi, tidak ada pikiran kemana kiranya tu henfon berada, setelah mencoba melacak kembali si henfon dan nihil hasilnya...oke ini artinya gw harus ikhlas. Pemberitahuan pun disebar, saya sedang tidak dapat dihubungi lewat telfon, komunikasi jarak jauh hanya bisa dilakukan lewat internet, Pos Indonesia, dan semapur.

Sejujurnya..gw ikhlas dan tidak berkeberatan untuk kehilangan henfon. Malaikat- malaikat (by angels I mean..my beloved ones) di sekeliling gw menawarkan bantuan, dengan berat hati gw menolak. Bukan gengsi tapi memang gw belum merasakan keterdesakkan untuk mencari si pengganti..pada saat itu sih. Seminggu..dua minggu..tiga minggu...temen- temen, klien, keluarga mulai menuntut gw untuk segera mendapatkan henfon baru. Tapi bukan ini juga yang membuat gw bergerak. Seiring menikmati hidup tanpa henfon gw juga mulai sadar...butuh waktu 3 minggu bagi lingkungan gw untuk menyadari bahwa gw menghilang, menyedihkan memang. Tadinya sempet sombong sedikit, eh gw bisa loh bertahan tanpa henfoonnnn...gw contoh hidup manusia yang tidak tergantung akan teknologiiiiii. Akhirannya, gw menyerah, gw butuh teknologi yang namanya henfon. Tawaran dari seorang teman ternyata masih berlaku ya sudahlah aku terima dengan itikad baik.

Blackberry yang tadinya gw cemoohkan, yang selalu gw ragukan sihirnya, terpaksa gw sambut hangat. Namanya juga pinjeman ya kali deh pake rekues. Dan emang sih, dengan mudah dan mulusnya gw terlena oleh fungsi- fungsi di dalamnya, damn, giving in makes me feel so ease. Hate to burst my own bubble..but uh...I lost it. Lebih tepatnya..somebody took it away from meeeee.

And here I am, cellphone-less, high on expense (for replacing it and getting the new one), and the bigger problem is that I haven't told my friend about it yet. Ughh..the thought of dissapointing him is beyond my fear. What do I get from all of these messes? my lack of alms and frankly I've been committing lots of sins..so really..it's all about banking. Saving and withdrawing, reward and punishment, debt and interest, once you acted on sin most likely you'd do it again, just can't help it, and I'm paying the price. Whatever.

I'll think of something, I maybe a sinner but I'm quite a thinker, yeah I'll survive this one.

Kamis, 01 Oktober 2009

Tip of Mind

Frank: What about you, is there someone else?
Kathleen Kelly: No. No, but... but there's the dream of someone else.

Kamis, 02 Juli 2009

Luckiest Dreamer

Begitu banyak rencana perjalanan gw bikin, lokal ampe melipir ke negeri orang. Menabung dimulai dari sekarang, walaupun sebenernya ide menabung ini sedikit bikin gw ketawa, gw lagih disuruh nabung..udahlah seadanya ajalah yang ditabung. Dan ketika semua tengah direncanakan dengan baik...sialan...passport gw abis..dan oh ada lagi...KTP gw kan ilang, AAAHHHHHH!!!!!Oke..oke..ga perlu pake drama, ke kantor polisi bikin surat laporan kehilangan, ke Kelurahan bikin yang baru, tunggu sampe KTP jadi, lalu ke Imigrasi...okehhh...nicely planned. Itu sudah sebulan yang lalu, progress so far?? I've got the (pictureless) ID.

Ada apa dengan setumpuk rencana ini? Kenapa bisa jadi setumpuk? Sebegitu gerahnya kah gw dengan kota ini? Ternyata iya, gw ga menyalahkan si kota atau si masyarakat, atau pun si atmosfer kotanya. Mimpi gw adalah, memulai hidup baru (yang lebih baik) di tempat jauh (yang lebih baik), ya ampun...abad kini banget sih mimpinya, mandiri dan modern. Tapi masalahnya tiap kali gw memimpikan hal ini, gw juga memimpikan diri gw sekitar 20 cm lebih tinggi, 10 kilogram lebih ringan, sepuluh kali lebih pintar, 3 kali lebih berwajah manis, dan sejuta kali lebih kaya....jadi ini apa namanya???? Ya asli beneran mimpilah ini namanya.

Old habit die hard..hmm...terus terang ada sedikit ketakutan di pala gw. Apa jadinya kalo gw nanti ga bisa menerima kenyataan yang ada? Atau apa gw bisa memenuhi apa yang gw impikan? Ya okey lepas dari angan- angan 'tuk bertransformasi jadi Miss Venezuela...tapi apa kiranya gw sanggup untuk berdiri sendiri di tanah asing? Pertanyaan itu sendiri membangkitkan antusiasme buat gw, apa nih, apa lagi, kira- kira apa yang bisa gw bawa ke sana? bawa bekel apa yah? Ini yang gw dapet, bekal gw untuk hidup kelak di tanah asing itu bukan cuma berisi apa yang gw dapat di tanah asal, mungkin untuk saat ini gw survey dulu...ga perlu jauh- jauh..cukup cakupan asia, di mana atmosfer tradisi dan kekeluargaan masih tercium manis. Belum lagi harga tiket yang masih di bawah 10 juta, visa yang terjangkau, dan bebas fiskal.

Dan selama "survey" ini berlangsung, mari kita serap ilmu sosial dan kemasyarakatannya...apa yang akan gw makan nanti? Cari duit dari mana gw nanti? Kira- kira orang- orangnya asik ga yah dijadiin temen? Akan jadi apa gw di sini nanti? Dan serentetan pertanyaan mendalam dan cetek lainnya.

Pernah beberapa kali gw mendengar orang lain berkata "Dreams come true to those who believe" atau "If you believe in yourself anything could happen", kata- kata klise yang maknanya sedalam lautan. Gw ingin - dan harus - menjadi salah satu orang yang bisa berkata demikian, supaya orang- orang seperti gw bisa ketampar dan bangun dari bengongnya.

Jumat, 05 Juni 2009

From The Margin

My rationalization is that I don't have role model for love and relationship. All I have is what I've been going through all my years, no one told me it's going to be hell of a ride. Uneasy part has not yet over..still I'm entrap in twisted thoughts between what's real and what's not. Boring and tragic, I know. Truth is, I don't have the guts taking the reality pills of "Quit searching for the easy, mind-blowing, true-love story, it’s an illusion.”

Ahhh God..But it's so good to dream, don't you think?

Senin, 01 Juni 2009

Tidak Sempurna

Gw tidak berniat membicarakan hal- hal yang positif tentang dia, untuk yang ini gw yakin semua udah tau. Pada kenyataannya, gw malah lebih sering teringat yang negatif- negatifnya. Entah apa sebabnya, sejak dari jaman SMA, anak ini punya pengaruh kuat terhadap gw. Dan entah kenapa, kok gw begitu patuh dan memandangnya dengan hormat.

Perempuan ini bilang bahwa cukur alis itu bentuk transformasi yang kudu hukumnya. Ketika diaplikasikan ke gw...hmm...untuk beberapa lama gw menerima perubahan itu. Sesudah itu...tiap kali ngaca...alis gw kayak cuma digambar pake rotring 0.1. Oke, perubahan pertama, gagal dengan sukses.

Sikap dan perilakunya sangat dewasa untuk takaran anak SMA. Pembawaan yang begitu percaya diri dan langkahnya yang mantap, dia memiliki karakter kuat, yang menarik sekali untuk dieksplor lebih jauh. Dia memperkenalkan dunia yang baru di mata gw, yang selama ini hanya sampai ke kuping gw dan meninggalkan keragu- raguan dan penasaran khas remaja bau kencur. Kami sempat menikmatinya untuk beberapa lama, sampai akhirnya kita berdua berpikir sayang sekali kalo masa ini dihabiskan di dunia yang baru pantas kita selami tiga atau empat tahun lagi.

Gw sempat berpikir dia bukan orang yang tepat untuk tempat berkeluh kesah. Sarannya selalu tanpa basa- basi, lugas, bahkan kadang menyakitkan. "Heran, ini orang sebenarnya tau yang namanya empati ngga sih? Gw ini temennya, punya rasa simpati sedikit kenapa sih". Begitu tuh yang ada di kepala gw, setiap selesai bercurhat- curhatan.

Tiap kali gw lari dari rumah, gw lari ke dia. Dia lari dari rumah, dia lari ke gw. Kita berdua sama- sama merasa ngga dihargai di rumah sendiri. Kita cuma bisa saling cerita, ngga berharap banyak untuk dapetin solusi, selama kekesalan kita keluar dari dada. Memang, kita melampiaskannya dengan cara yang salah, tapi terus terang..dia mencetuskan cara yang radikal, kampungan, nekat, tapi manjurnya lumayan terasa. Metode ini meninggalkan bekas luka permanen di tangan gw.

Sikap kerasnya secara tidak langsung menciptakan tembok antara dia dengan teman- teman yang lain. Tidak banyak yang menyukai kepribadian seperti ini tapi dia ngga peduli. Dia punya tujuan, dia punya otak, dia fokus, dan dia tahu dia akan mencapai tujuannya. Di saat orang- orang sibuk menciptakan citra diri buat eksistensi, dia sibuk berpikir untuk masa depannya. Buat gw ini aneh, perbedaaan prinsip ini yang membuat kita perlahan jauh.

Tapi jelas terlihat kan siapa nantinya yang menuai buah lebih manis? Kita menjauh mungkin agak lama tapi ketika kita ketemu lagi..ternyata dia masih ngga berubah. Tekadnya itu loh, masih melekat kuat, dia ngga berhenti punya cita- cita, selalu punya tujuan baru, dan selalu fokus. Ambisinya sempat membuat gw sedih, karena gara- gara hal itu gw dikesampingkan, memang dari dulu dia sudah begitu. Di saat- saat terakhirnya, dia kelihatan begitu bahagia, gw belum pernah melihat dia begitu..ikhlas. Akhirnya dia menemukan sesuatu yang dia cintai.

Gw belum pernah ngerasain rasa kehilangan yang seperti ini, jadi ini rasanya ditinggal sahabat. Ketawanya yang aneh, suaranya yang keras, dia suka dengan sengaja mengeluarkan suara aneh dari hidungnya walaupun jelas- jelas dia tau gw benci suara itu, dua tahun lalu dia pergi tapi semuanya masih terekam jelas di benak gw. Sampai detik ini pun gw masih belum percaya gw ngga akan bisa mendengarnya lagi.
Segala keanehannya, segala masalah yang dia timbulkan, segala kesedihan dan keputus asaan yang kita saling curhatkan, semua ini yang membuat gw menerima dia sebagai dirinya. Semoga kalian bisa menerima ketidaksempurnaannya, sebagaimana gw menyayangi ketidaksempurnaannya yang indah.

Rabu, 20 Mei 2009

I'm Not a Grinch!!

Tanggal 6 Mei yang lalu..genap setaun blog ini gw bikin. Posting-annya cuma 12 ajah...selama 12 bulan cuma ada 12 posting yang gw buat. Ada apa dengan kepala gw sih? Kok cuma bikin 12 biji, sedangkan orang- orang yang pada punya blog kayaknya sampe punya bejibun hal untuk diceritain. Sebenernya, bukannya hidup gw garing juga sih...tapi ternyata susah juga men-sorting apa- apa aja yg mesti gw ceritain di sini. Mao tau apa isi kepala gw yg sebenernya??

Hmm...kebanyakan keluh dan kesalnya. Saking banyaknya, orang akan mencaci maki gw kali. Manusia kok kerjaannya sedih mulu, meratapi rejeki sendiri dan membandingkannya dengan rejeki orang, kalo pikiran gw bisa ngomong..dia bakal terus berseru "Whyyy Gooodddd???Whyyyy????". Ihhhh...menyedihkan banget!!

Kemana ilangnya semangat gw yah??Hal apa yang menyedot percaya diri gw ampe garis nol?? Beberapa waktu yang lalu, gw sempetin waktu untuk berintrospeksi...kira- kira dari mampang sampe perempatan Kuningan di kala macet (hehehhe). Hasilnya sampai pada kesimpulan: gw rasa ada yang jampi- jampiin gw nih! *halaaahhh nyalahin orang lain. Tapi serius nih, memang ada sesuatu di masa lalu, di rentang waktu antara hari ini dengan hari dimana gw masih belom kenal yang namanya sakit hati, sesuatu memang terjadi. But I mean c'mon, broken heart can't be that bad, right. Kesalahan bukan pada kejadiannya, bukan pada penjahat yang melakukan ini ke gw, kesalahan ada pada gw, diri gw sendiri.

Gw jadi teringat kata Leonardo, leader of Teenage Mutant Ninja Turtle pack (yea I know, I'm quoting a talking giant turtle, but he has good point here), he said "Funny thing about anger, let it consume you and soon enough you lose all sight". Dan itu fakta, sikap pasrah gw terhadap rasa sakit itu yang bikin gw luntang lantung ga karuan. Menjadikan gw selama itu menari dengan putus asa, dengki, dan marah. Hasilnya jelas kan...ide- ide gw tersumbat, lebih fokus terhadap hal- hal yang tidak gw miliki daripada hal- hal yang ada di depan mata, sosialisasi gw terganggu, dan yang lebih parah..gw jadi ga sayang ama diri gw sendiri.

Ahhhh..ternyata banyak banget bagusnya menjadi orang yang tersakiti, apalagi kalo orang itu ternyata survive. Gw memang belom sampai pada taraf terselamatkan dengan sukses, tapi dari waktu ke waktu, di saat gw jatuh dan lalu bangun lagi, ada satu dua hal yang pasti membuat gw tersadar dan menumbuhkan tekad baru. Pertama..Alhamdulilah gw masih punya agama dan iman. Kedua, peran keluarga dan sahabat, mao seajaib apapun gw, orang- orang ini yang ikhlas menerima gw di pelukan mereka. Terakhir, gw waras dan gw pasti bisa.

Simpel bangetkan jampi- jampinya? Tapi ini manjur, semanjur minum jahe panas seember di saat masuk angin!

Selasa, 21 April 2009

Stripped


Aaahhh....jadi kepikiran nih, hmm...
Waktu Jo pulang kampung ke Jakarta, gw sempet berujar sesuatu ke dia, sebelumnya kita memang ber-reuni singkat dengan teman satu kuliah kita. Perempuan manis dan santun, layaknya putri keraton (dan ini bukan aksi hiperbola dari gw)...Tess memang begini keadaannya. Hatinya yang baik lah yang menyatukan kita menjadi teman, untuk soal pembicaraan..hmm....memang banyak ngga nyambungnya sih. Well anyhow...kita bertiga bertemu lagi setelah setahun lebih tidak bersua. Ada chemistry aneh antara gw dengan Tess, gw menjadi tidak antusias, obrolan antara gw dengannya bahkan berlangsung garing, gw lebih banyak cengar cengir, dia menyunggingkan senyumnya selalu, sembari memukul paha gw tiap ada obrolan yang bersifat komedi.

Melalui itu semua...gw tidak berusaha sedikit pun untuk berbasa-basi atau berusaha melakukan banyak kontak mata, gw tidak peduli kalo bahasa tubuh gw menunjukkan bahwa gw kurang nyaman. Hal ini yang kemudian gw buka ke Jo, kenapa semakin hari gw semakin ngga bisa berbasa- basi? Gw semakin payah untuk hal berpura- pura, bahkan gw semakin bodoh dalam berbohong, padahal bohong adalah salah satu kelihaian gw.

Here's what Jo said, it indicates that you are no longer care with other people's acceptance on you. Back then, we constantly behaved what people expect on us, in order to gain certain acceptance from them. With years have passed, whatever we came through has turned us into more secure person. Well..judging from what she said, it's pretty much a good thing right???....that...I'm not sure.

However, she has a point there. That kind of pretense...aahh I'm so sick and tired to do that stunt. These days, I'm behaving as what I really am..which is lead to new discovery. Turns out...I'm a Hello Kitty in a Lion King suit.

Selasa, 31 Maret 2009

Pre-Teen

Beberapa bulan yang lalu hari jadi gw datang, untuk kesekian kalinya, usia gw bertambah lagi satu tahun. Hmm...kesannya biasa aja..age's nothing but a number and if I may add..28 is the new 25 people! Insecurity stroke me a bit, I (unconsciously) try to look younger than my age, in my defend..I'm plainly wearing effortless look. Magically people around me are getting this vibe, they notice that my attitude some what classified as "ABG"...though I talk none like them (sometimes it just slip right out of my mouth) but to be frank I'm comfortable with the way I am.

Another story, I'm, at this moment..caught up in some school yard love, uughhh disgusting. This guy I knew from the old days and we kinda spend lot of time together. At first we were just two old friends catching up few stories..one thing led to another...now we update our activities to each other, ah sounds familiar huh? The thing is, if we're in grade school, he'll be yanking my hair and acting jerk, I'll sadly be like hating it and flattered at the same time and you stuck in that situation where the relationship becomes undefined, you know how that work. It's been a while since I have this storm of feelings, the up and down waiting for his call or message, that excitement of meeting him, the effort and energy, and he's such a persistent...and I like that. Despite all of the hassle, nagging, and yelling (yes, we have weird way of communicating)...I'm enjoying the time, he makes me laugh and most importantly...he makes me comfortable.

Well anyhow, no matter how this will turn out later, I'd thank him, thank him for keeping me out of desperation. For a while there, I thought that I was losing my sanity. And mainly, I thank him for putting me to the place where evidently I still believe in love.

Jumat, 13 Februari 2009

Anti Mainstream!!

Kemaren nyokap mem-forward email dari temen kuliahnya jaman jebot. Isinya ngga jauh tentang hay apa kabar gitu, ternyata teman lama ini dulunya sering didaulat jadi baby sitter gw. Nyokap gw dulunya termasuk yang cepat kawin, eh tapi tanpa gelar MBA loh yaw (as in MarriedByAccident). Begitu gw lahir, nyokap masih menjabat mahasiswa UI, sehingga pada prakteknya gw kerap dikewer- kewer ke kampusnya. Nah jadinya si tante ini yang jagain gw kalo nyokap lagi mengenyam ilmu. Rupanya mereka berdua ketemu lagi di Facebook. Tante seneng banget dengan fasilitas networking ini, dia muji inventornya sampe beberapa kali. Dan gw memang menemukan perubahan positif di nyokap, dia jadi stay tuned terus di depan komputer, ngga berhenti nulis sesuatu di wall temen- temennya, dan dia jadi ter-update selalu dengan gosip terbaru angkatannya. Dia jadi pengguna facebook sejati.

All of these remind me of this conversation I had sometime ago.

Waktu itu gw lagi makan bersama..ehm..teman gw. Dia yang makan sih, gw sruputin teh botol. Tercetus bahwa dia tidak menyukai Facebook karena hal itu terlalu happening dan mainstream. Mainan yang sangat populer, hampir semua orang melakukannya dan menyukainya. Dia memang mengakui kalo dia punya account di facebook, tapi hanya untuk "Pengen tau aja". Temannya pun cuma satu orang. Lebih jauh dia merepet,
"Apa sih yang bedain Friendster dengan Facebook, toh sama aja, liat aja nanti juga Facebook nasibnya sama kayak Friendster. Apa coba bedanya??..Ngga ada kan"
Gw berpikir keras sat itu, harga diri sedikit tersentil, sekenanya gw jawab,
"Yah abis tampilannya lebih menarik sih"
Argumen yang lemah, akhirnya gw tambahin
"Orang- orang yang suka dengan Facebook, kebanyakan tu orang- orang yang butuh akan fungsinya, yaitu networking. Atau mungkin personal branding"
Dalam hati sih tau, ni orang pasti akan berargumen lagi
"Nggalah, sama aja kok. Bisa apply lagu, video, posting ini itu, kasih komentar, status, iyakan?! Sama aja sebenernya"
Yaudahlah, gw ngga mengiyakan, gw juga ngga bales pernyataan dia. Padahal gw yakin, alasan dia salah, otomatis pernyataan dia ngga kuat, tapi orang bebas berpendapat toh?? Masalahnya, gw ga hebat dalam hal semacam ini, ngga ahli dalam subjek permasalahannya. Malah takut nanti jadi kesannya sok tawu.

Apa yang gw tangkap dari orang ini, dia tidak (atau mungkin belum) menerima keberadaan Facebook ini, hanya karena semua orang mengetahui dan menyukainya. Dia anti mainstream. Kok...kedengarannya....arogan sekali. Sejujurnya, gw juga seperti ini, untuk beberapa tren gw juga suka males ngikutin cuma karena orang udah banyak yang mengaplikasikannya, contoh: blackberry, faktor bajet dan belom butuh juga sih. Sebenarnya NPWP juga "happening" banget loh tahun lalu, semua orang bikin NPWP, beberapa karena diancam denda 20% dari penghasilan, beberapa membayangkan fiskal gratis, beberapa karena peer pressure. Gwpun termasuk salah satu pemilik NPWP karena iming- iming fiskal gratis.

Terserahlah apa yang orang itu pikirkan. Tren diikuti bukan untuk sekadar eksistensi. Di balik itu ada fungsi dan peran juga kok ternyata. Dan selama diperlukan, gw akan mendukung Facebook, karena gw perlu dan Facebook membuat nyokap gw tertawa.

Kamis, 12 Februari 2009

Rambut Indah Bagaikan.......

Jujur ngga ada maksud untuk menjadikan ini menjadi kebiasaan, tapi kira- kira setaun yang lalu, bagaikan dapet wangsit, gw langsung berteguh hati untuk memotong rambut gw. Langsung order model BCL (hip pada masa tersebut) ke Mas Mono, Mas Mono dengan luwesnya mengacak-acak rambut gw pake guntingnya. Hasilnya...memuaskan...tapi emang dasar nasib rambut kiting yah, begitu kena aer kan langsung kembali ke asal muasalnya. Untung gw punya life savior, the catokanz, hair straightener oleh- oleh dari nyokap waktu iseng ke Mangga Dua. Nah berkaitan dengan hal tadi, tahun ini tepat di bulan yang sama, dorongan tadi dateng lagih, kebetulan???? Yaudah deh ngga usah sok mistik, begitulah kiranya kataku dalam hati.

Tanpa banyak pertimbangan, gw samperin Mas Mono, order model pendek...ehm..modelnya..yah yang jaman sekarang ajalah. Hasilnya....kok agak lebih pendek dari taun lalu yah..hmm..ah bodo deh..toh di rumah ada catokanz untuk mencegah kekitingan. Diriku pun berlalu dari tempat Mas Mono, senang hati karena ngga gerah dan ngga perlu repot nguwel-nguwel rambut ala juminten lagi. Tinggal denger apa kira- kira komen orang, not that it's important or anything, but sometimes their words are some sort of matter. Yea I know it's shallow, condescending, and pathetic, but for insecure soul like mine, this thing works that way, I'm not proud of it, beeelieve meee.

Sebagai anak baru di kantor, gw emang ngga berharap orang- orang untuk menyadari perubahan gw. Tapi ternyata...banyak juga yang ngeh, mereka ngga berkomentar banyak, cuman sekadar "Ih rambutnya jadi pendek" atau "Ya ampun lucu banget, jadi tambah 'ndud"
Semua masih gw terima dengan baik dan lapang dada. Tak dinyana, satu komentar datang menyergap
"Eh kamu,...kamu pake wig ya???"
Loh kok gw jadi dikira pake wig, apa rambut pendek kiting gw yang dicatok ini kelihatan seperti wig yah??Jangan- jangan, orang ngeliat gw seperti itu. Nah liatkan betapa labilnya gw, memalukan.
Tapi pertanyaan...menyebalkan tadi gw jawab "Aaa..Ngga.." dengan polos plus muka kaget (karena emang ngga nyangka bakal dilempar pertanyaan seperti itu).

Komentar paling dalem gw dapet dari Hancut. Ternyata Hancut dan gw mengenal satu manusia yang sama, salah satu aset Tuhan di dunia, yang kebetulan dipanggil Tuhan lebih dulu. Hancut sempet diam dan merhatiin gw, sambil mengamati dia bilang "Iya ih, lama- lama kalo dilihat lo mirip Bey. Cerewetnya juga mirip". Hahaha, lucu loh denger komen seperti itu, antara tersanjung dan miris, dan seakan- akan muka Bey muncul dan suara Bey terngiang- ngiang di kepala gw. Reflek, gw pasang muka cengengesan, sempet lupa bagaimana berakting cool, akhirnya lanjut terus dengan cengengesan.

Hari itu di kantor ditutup dengan komentar yang dilempar dengan manisnya dan ikhlasnya dari Ibu Tati. Ibu berjilbab yang harum selalu ini ketemu gw di tempat wudhu. Begitu selesai berwudhu, dia agak kaget melihat gw yang ngantri di belakangnya, responnya instan dan segar
"Alhamdulilaaaahhh cantiknyaaaa. Kamu cantik sekali loh diginiin, bener deh. Alhamdulilah, bagusan gini, seger, jadi cantik, bener loh"
Ya ampun, enak banget dengernya. Komentar terakhir ini bener- bener matiin komentar rambut wig tadi, hah beat that sucker! Langsung gw berterima kasih dan tidak lupa memanjatkan doa buat Bu Tati. That kind of compliment doesn't come quite often y'know.

Oh, ampir lupa, satu yang bikin gw mengernyitkan alis karena agak ngga percaya, Dio bilang rambut gw bagus. Hmm..kira- kira apa yang bikin dia jadi se-open minded ini yah? Masa segitu spektakuler bagusnya rambut gw sampe- sampe seorang Dio pun setuju dengan Bu Tati. Hmm..pendapatnya emang bukan segalanya buat gw, tapi emang ada secercah harapan dari gw, mudah- mudahan dengan begini tandanya Dio membuka pikirannya, dan berubah menjadi Dio yang....asik.

Pengakuan akan penampilan emang penting sekaligus cetek, tapi hari itu gw mendapat lebih dari sekadar pengakuan. Hari itu lucu aja buat gw. Gara- gara rambut gw jadi nambah teman di kantor, bahkan orang yang blom pernah ngomong ama gw sampe komen gw pake wig, terus gw bisa "ketemu" Bey lagi, ngerasain dapet pujian lagi setelah super lama banget ngga dapet pujian, dan bisa denger apa yang pengen gw denger dari seorang Dio.

Kamis, 05 Februari 2009

The Cheese


Few days ago I took the liberty to stroll down the memory lane. The occasion was simple, delivering the unimportant CD, filled with requested songs, to a friend at the old office. Well, you probably wondering why I took this matter as such a burden. I don't talk about it in this blog because the less you talk about it, the less important it becomes.

Let's just say I resigned in pretty bad situation, what's me without a conflict, right. Anyhow, I got there and most of people were already went home. Eventually there were 3 of us, talking non sense, making jokes, and watching half of Bolt. And when we realized time did flew by, we set ourselves to go. Right before I walked out of that place, I found myself walking around my old desk, looking around the place, how that place once made me a whole. It was my second home, my cheese labyrinth, my comfort zone.

However, far before the conflict occurred, something stroke me..I got to get out of here. I was too convenient, my surrounding there was too pleasant. Something inside me refuse to take another time nestling in there. It woke me up, I was sensible enough to see my work there was done as the work had me done as well. It was just something I had to do.

Guess that guy who wrote Who Moved My Cheese is right after all. To tell you the truth, I haven't read the book, yea can't figure out why but I can't read motivational readings. Maybe because they are all describe in rigid contents, put some colors, curves, and pictures, then my brain will able to digest, though the book tells in parable. The moral point is at some point you have to make drastic change, for your own good. That consciousness in you snaps you out, telling you to make a turn, fear is inevitable but eventually you will get to your senses. Just step up, changes are necessary. But that's not the important thing, the big question is how do you deal with the change. And no, this is not Mario Teguh talking, just plain old silly girl.

In my case, uhm..yea I'll get my niche. You'll see.

Selasa, 20 Januari 2009

Magnificent...Eight

Dari delapan perempuan ini, dua kesamaan mereka, mereka kuat, dan mereka sahabat gw. Sepanjang persahabatan kami, they are the embodiment of the phrase "dying is easy, living is hard". Walaupun mungkin tadi itu sedikit gw dramatisir (cuma sedikittttt)...pada intinya mereka hebat..yang ini mungkin sedikit subjektif.....bodo amat!

Mereka punya apa yang gw ngga punya, yaitu prinsip. Sebagai orang yang ngga punya prinsip, bersahabat dengan orang berprinsip itu menjadi pengalaman yang sangat berharga buat gw. Gw dikritik, diberdirikan untuk dijatuhkan lagi, tapi pada akhirnya gw dihargai dengan tulus dan ikhlas. Gw selalu berada di bawah mereka, mereka selalu lebih pintar, lebih baik hati, lebih hidup, dan lebih optimis. Sejujurnya, sangat menyenangkan menjadi ikan kecil di dalam kolam bersama ikan- ikan besar. Selalu ada kritikan dan inspirasi baru, cambukan yang membuat gw berpikir untuk menjadi lebih baik, lebih baik dari sekarang.

Satu hal yang gw pelajari baru- baru ini, kita bisa menemukan refleksi diri kita di sahabat- sahabat kita. Satu garis besar yang menggambarkan mereka semua, ya itulah siapa diri kita sebenarnya.

Senin, 19 Januari 2009

Sebuah tulisan:

Uughh..saya sudah berjanji tidak akan memikirkan hal ini lagi, ups..saya baru saja berbohong,..ehem ehem..saya sudah berjanji tidak akan memikirkan orang itu lagi. Satu menit bersamanya adalah satu jam pertarungan antara logika dan perasaan, rasanya.....sangat melelahkan. Coba kali itu semua dengan delapan tahun, hasilnya...pembunuhan karakter.

Tapi, di sinilah saya berada, menunggunya, entah akan kemana kita nanti. Satu yang pasti, saya sangat ingin melihat wajahnya dan mendengar suaranya. Ahhhh menyedihkan, manusia yang menyedihkan, tidak ada manusia sebodoh saya. Sekarang coba pikir, mana ada manusia yang mengulangi kesalahannya beratus- ratus kali, mana ada manusia yang tidak belajar dari kesalahannya sendiri, mana ada manusia.......yang sebodoh saya.

Itu dia datang, hmm sosok itu...yang dulu sangat saya puja. Mungkin sekarangpun masih, mungkin tidak sebesar dulu, mungkin tidak akan hilang, mungkin dia tidak pernah tahu betapa berartinya dia di hidup saya, mungkin dia tahu tapi memilih untuk tidak tahu. Dia duduk di samping saya, memandang wajah saya sembari menunggu kata- kata yang datang dari mulut saya. Saya memilih untuk diam. Dia berkata tentang sesuatu tapi saya hanya memandang raut mukanya...mencari cela. Dia bercerita tentang hari ini, seperti biasa....saya mendengarkan. Pikiran saya mengalir....kapan saya mempunyai keberanian untuk menyayangi diri saya sendiri daripada menyayanginya? harus bagaimana lagi agar membuatnya mengerti, bahwa saya tidak menginginkan ini, saya harus menyembuhkan diri saya, saya butuh waktu, saya butuh diri saya.

Seketika itu, alam bawah sadar membuat saya tertawa, meninggalkan tanda tanya di wajahnya. Dia tidak bertanya, hanya melihat saya dengan pandangan tersesat, sedikit tersinggung namun penuh pertanyaan. Saya juga bingung harus bilang apa. Akhirnya keluar kata- kata...
"Ini konyol"
diikuti dengan..
"Ini tidak harus terjadi, salah saya, saya terlalu romantis"
"Maaf..saya harus pergi, tolong bantu saya..dan bantu dirimu juga, waktu tidak akan mengubah apa- apa...berbuat sesuatulah yang akan mengubah semuanya. Saya akan menjauhi dirimu, menjauhkan kamu dari hidup saya, saya harus melakukan ini...kamu bukan untuk saya".

Entah apa yang merasuki saya tapi rasanya seperti bangun dari tidur panjang. Belum terasa lega. Satu yang saya tahu pasti, saya memilih untuk merangkul hati saya yang sakit, dan memeluknya untuk saya sembuhkan.